Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati terhadap kemungkinan beredarnya daging sapi tiren, yakni daging dari hewan yang mati bukan karena penyembelihan, melainkan akibat penyakit seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Daging tiren merupakan bangkai ternak yang sudah tidak layak konsumsi. Mengonsumsi daging ini berisiko tinggi bagi kesehatan karena berpotensi mengandung bakteri dan penyakit berbahaya.
“Kita imbau kepada masyarakat untuk waspada apabila ada pemanfaatan bangkai sapi-sapi yang mati. Pemanfaatan daging-dagingnya itu harus diwaspadai,” ujar Kepala Disnakeswan Provinsi Bengkulu, drh. Muhammad Syarkawi, MT, Jumat (14/02/2025).
Daging tiren sangat tidak layak dikonsumsi karena ternak sudah mati sebelum disembelih. Akibatnya, daging lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri dan bisa saja mengandung penyakit dari hewan yang telah mati tersebut. Jika dikonsumsi, hal ini dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia.
“Kalau bangkai itu otomatis dia sudah mengalami pembusukan, itu berarti sudah banyak penyakit di dalamnya. Apabila dikonsumsi tentunya dapat membahayakan,” jelas Syarkawi.
Meski sekilas tampak mirip dengan daging segar, daging tiren sebenarnya memiliki ciri-ciri yang dapat dikenali. Warna daging ini cenderung kehitaman atau pucat, aromanya menyengat, dan teksturnya lebih lembek serta berlendir.
“Memang bukan hal yang gampang juga ya, banyak faktor untuk menentukan itu. Tapi secara umum biasanya dilihat sudah terjadi pembusukan, bau busuk, dari tekstur juga lembek, warnanya tidak segar,” kata Syarkawi.
Sebagai langkah pencegahan, masyarakat dan peternak diimbau untuk tidak memanfaatkan bangkai ternak yang sudah mati akibat PMK sebagai bahan konsumsi. Selain itu, pembeli juga harus lebih cermat dalam memilih daging yang sehat serta menghindari kemungkinan beredarnya daging tiren di pasaran.
“Jadi kita imbau bagi peternak yang mempunyai bangkai jangan sampai dijualbelikan di pasar. Kepada masyarakat juga lebih bijak dalam memilih daging kenali ciri-cirinya dan antisipasi jika ada pemanfaatan daging tiren,” tutup Syarkawi. (Ann)