Bengkulu, investigasi.news – Program Sekolah Rakyat yang menerapkan konsep boarding school ditargetkan mulai berjalan pada tahun ajaran 2025/2026. Sekolah ini bertujuan memberikan pendidikan berkualitas bagi siswa dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, dengan harapan menciptakan generasi unggul, berkarakter, dan berintegritas.
Kepala Sentra Dharma Guna Bengkulu, Syam Wuryani, menjelaskan bahwa program ini berada di bawah naungan Kementerian Sosial dan akan mulai diterapkan di 53 Sentra Dharma Guna di Indonesia.
“Sekolah rakyat ini diarahkan langsung oleh presiden Prabowo dan wakil presiden Gibran untuk mendirikannya. Dan seluruh Indonesia dari Kementerian Sosial insyaallah nanti sudah ada sekitar 53 sekolah yang dilaksanakan di masing-masing sentral terpadu, sentra dan balai diklat,” ungkap Syam.
Dikatakan Syam, Kementerian Sosial menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) guna memastikan ketersediaan infrastruktur pendukung dalam upaya mewujudkan program ini.
“Tim PUPR sudah ke sini dan sudah melakukan pengecekan. Lalu insyaallah nanti kita akan menyiapkan rombongan belajar atau siswa dalam satu kelas itu minimal 25 orang yang diambil di daerah sekitar sentra darma guna untuk mulai realisasi di tahun ajaran baru 2025/2026. Untuk sarana prasarana dan lainnya yang belum dimiliki dari sentra akan didirikan oleh Kementerian PUPR,” jelasnya.
Syam menyebutkan, di Sentra Dharma Guna Bengkulu, sebagian besar fasilitas utama seperti gedung asrama, laboratorium, dan sarana olahraga telah tersedia. Tinggal melengkapi fasilitas pendukung agar sekolah dapat beroperasi secara optimal.
“Sekolah rakyat ini konsepnya adalah sekolah untuk menciptakan siswa yang unggul dan sistemnya Boarding School atau diinapkan. Di tahun ajaran baru 2025-2026 ini kita targetkan sudah operate atau sudah berjalan,” tambahnya.
Proses seleksi siswa nantinya akan berbasis pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), yang mencatat kondisi ekonomi keluarga secara terintegrasi. Selain faktor ekonomi, aspek kreativitas dan potensi akademik siswa juga akan menjadi pertimbangan utama.
“Sasaran sekolah ini dari kelompok miskin dan miskin ekstrem yang sudah masuk DOSEN atau data terpadu sosial ekonomi nasional. Itu yang jadi prioritas utamanya, dan dia dari miskin dan miskin ekstrem,” tutup Syam Wuryani.
Dengan adanya program ini, diharapkan anak-anak dari keluarga kurang mampu mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan berkualitas, sehingga mampu bersaing dan membangun masa depan yang lebih baik. (Ann)