Bengkulu, investigasi.news – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu menyebutkan penyakit diare akut mendominasi kunjungan terbanyak di faskes (Fasilitas Kesehatan) di seluruh kabupaten/kota dalam wilayah Bengkulu.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Bengkulu, Ruslian mengatakan bahwa laporan dari Sistem Kewaspadaan Dini Respon (SKDR) menunjukkan kasus diare akut mencapai angka yang cukup tinggi.
“Penyakit diare akut ini terlaporkan pada angka 2.412 kasus. Data ini dilaporkan dari minggu pertama sampai dengan minggu ke-11,” ucap Ruslian.
Dijelaskan Ruslian, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa diare akut tidak hanya menyerang kelompok usia tertentu, melainkan dapat berdampak pada semua golongan usia. Kelompok bayi dan anak-anak tetap menjadi yang paling rentan terhadap komplikasi.
“Tapi pemerintah sudah memprogramkan imunisasi pada anak umur 2 sampai 4 bulan. Vaksin yang digunakan untuk imunisasi bayi itu adalah vaksin rektovirus yang bisa mencegah diare yang berat. Sedangkan untuk orang tua belum diprogramkan,” katanya.
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas air minum menjadi langkah awal yang bisa dilakukan masyarakat. Ruslian menegaskan bahwa kualitas air galon isi ulang yang dikonsumsi sehari-hari juga perlu diawasi secara ketat.
“Bisa juga air galon yang kita beli itu tidak rutin diperiksa jumlah E-colinya (bakteri) oleh penjualnya. Harusnya itu kan rutin tiga bulan sekali diperiksa pada bidang kesehatan lingkungan terkait jumlah E-coli di dalam air tersebut,” sampainya.
Lebih lanjut, kebersihan pribadi dan lingkungan juga memegang peran krusial. Menjaga tangan tetap bersih serta menghindari makanan yang terpapar lalat dapat menurunkan risiko penularan penyakit ini.
“Diare ini menularnya bisa melalui perantara binatang, misalnya lalat yang terkontaminasi ke makanan kita. Jadi dari kotoran hingga ke makanan, terus makanan kita makan, sehingga itu bisa terjadi diare,” pungkas Ruslian. (Ann)