Agam, Investigasi.news – Menanggapi pemberitaan yang terbit dibeberapa media online bahwa adanya ucapan yang tidak pantas kepada salah seorang sopir Palang Merah Indonesia (PMI) Bukittinggi yang dilakukan salah seorang tokoh Agam. Setelah dikonfirmasi, yang yang bersangkutan menceritakan kejadian kala itu, supaya tidak terjadi salah pemahaman dan persepsi yang semakin menyudutkan.
Dikatakan Ais Bakri bahwa sebagai tokoh masyarakat dan juga mamak atau paman dari korban road race. Sekitar jam 13.00 wib bersama walinagari Lasi Kecamatan Candung dan pihak keluarga, mendatangi Rumah Sakit Otak Dr Drs M Hatta (RSOMH) Bukittinggi untuk melihat kondisi korban. Saat itu, bertemu dengan 2 orang anggota intel dari Polres Bukittinggi untuk menyampaikan bahwa pihak panitia dari pelaksana road race belum ada dan tidak ada yang bertanggung jawab atas pengurusan jenazah korban kecelakaan Race Bukittinggi.
Kemudian Ais Bakri dan walinagari pergi ke lokasi road race Jalan Sudirman Bukitinggi menemui panitia. Panitia mengatakan bahwa sudah ada rekan mereka yang mengurus korban ke rumah sakit tapi kini entah kemana. Lalu panitia tersebut berangkat ke rumah sakit bersama Bapak Ais Bakri untuk pengurusan jenazah korban yang bernama Putra.
elesai pengurusan administrasi jenazah korban dapat dibawa pulang, tapi sopir ambulan tidak berada di tempat kerena mereka pergi melayat ke rumah salah satu temannya yang orang tuanya baru meninggal.
Lalu salah seorang warga menelpon mobil ambulan milik PMI Bukittinggi.
Setelah mobil ambulan datang jenazah korban dinaikan ke atas mobil ambulan.
Tiba-tiba dari dalam rumah sakit ada keluarga korban yang pingsan dan digotong oleh anggota intel dan warga ke mobil ambulan dan akan di tempatkan di bangku depan mobil ambulan tapi ditolak oleh navigator mobil ambulan tersebut dan di suruh dimasukan di belakang. “(Di belakang masuakan)”, kata navigator tersebut.
Tapi dibelakang mobil sudah penuh lalu di gotong lagi kedepan, bukalah pintu ini berat pak (Bukaklah pintu pak ko barek goah) kata angota intel yang menggotong.
Tapi tetap tidak dibuka, karena terkejut melihat kejadian tersebut lalu Ais Bakri secara spontan atau tanpa sengaja menyampaikan kemana otakmu orang berat nih (kama utak ang urang lah kabarean koah).
Lalu navigator dan sopir tersebut emosi dengan kesal keluar dari mobil sambil berucap (kami ko manol6ang, banyaklo carito untuang lai amuah kami manolong kok indak antah ka baa), kami hanya menolong disini banyak cerita, kalau tidak entah lah.
(Ndak bao banalah oto ko ah) kalau tidak bawa lah mobil ini siapa yang mau.
Lalu sopir itu turun dan menolak membawa mobil ambulan
Karena keadaan yang sudah mendesak lalu salah seorang anggota Intel Polres Bukittinggi berinisiatif untuk menjadi Sopir mobil ambulan tersebut, tapi pas mobil mau jalan sopir ambulan tersebut kembali meminta mobil ambulan dan bersedia mengantar jenazah ke alamat yang diminta.
“,kami menyadari PMI merupakan organisasi relawan dan membantu masyarakat mendapati musibah dan kami berharap apa yang sudah terjadi tidak perlu diperpanjang, karena kita sama-sama menyadari kesalahan dan yang dilakukan adalah untuk membantu masyarakat juga”, ucap Ais Bakri.
“Untuk masyarakat yang sudah mengetahui apa yang terjadi mari kita jadikan ini pelajaran dan bukan untuk mencari dimana benang merahnya, tapi mari kita sadari apa sudah terjadi, dan untuk korban yang meninggal mari kita doakan bersama dan keluarga yang ditinggal diberikan ketabahan,” tutupnya.
Daji