Malut, Investigasi.news – Keberhasilan tanpa Data’ mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan pujian Fifian Adeningsi Mus (Bupati Sula) kepada anak buahnya pada peringatan Hari Kesehatan Nasional atau HKN beberapa waktu lalu.
Atau bisa saja keduanya tampil humanis untuk menutupi suatu kegagalan, kegagalan menurunkan angka stunting di Kabupaten kepulauan Sula, karena faktanya sejak menjabat Fifian Adeningsi Mus tidak mampu menekan angka stunting di Sula, sehingga tahun 2021-2022 Sula termasuk kabupaten yang meningkat kasus stunting meski secara keseluruhan Maluku Utara turun pravalensi stunting.
Dari amatan media ini (23/11) serta dari data yang kami himpun, maka penurunan angka stunting menjadi PR besar pemerintahan Bupati Fifian Adeningsi Mus.
Menurut hasil Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021-2022, prevalensi balita stunting di Maluku Utara tahun 2021 sebesar 27,5 % dan tahun 2022 sebesar 26,1%.
Walaupun menunjukkan penurunan sekitar 1,4% namun prevalensi stunting
balita di Maluku Utara masih tergolong dalam kategori sedang.
Sula sendiri termasuk dari 3 (tiga) daerah yang mengalami kenaikan, yaitu Kab. Kepulauan Sula 0,80%, Kab. Pulau Morotai 2,90% dan Kab. Halmahera Tengah 3,10%.
5 (lima) kabupaten/kota dengan kasus balita stunting paling sedikit pada tahun 2022 adalah Kota Ternate (17,7%), Kota Tidore (19,1%), Pulau Taliabu (23,7%), Halmahera Barat
(23,9%), dan Halmahera Utara (24,9%), sedangkan lima kabupaten/kota dengan kasus balita stunting paling banyak, yaitu Kepulauan Sula (28,5%), Pulau Morotai (31,2), Halmahera Selatan (31,4%), Halmahera Tengah (32,2%), dan Halmahera Timur (32,3%).
( RL )